Mu’adz radhiyallahu ‘anhu (dalam sebuah riwayat) mewasiatkan kepada orang-orang yang di sekitarnya untuk mencari ilmu seraya berkata, “Sesungguhnya ilmu dan iman memiliki kedudukan. Barangsiapa menginginkan, maka dia akan mendapatkannya keduanya.”
Maksudnya, kedudukan keduanya sangat agung dalam Al Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sesungguhnya seorang yang berilmu diwafatkan bersama dengan ilmunya, dan ilmu dicabut dengan diwafatkannya para ulama. Namun, alhamdulillah, senantiasa ada sekelompok manusia yang berada di atas kebenaran yang ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِمَوْتِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمٌ اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
”Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu dengan serta merta dicabut dari qalbu manusia. Namun Allah mencabutnya dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak lagi tersisa seorang ulamapun, manusia akan mengambil pimpinan-pimpinan yang bodoh. Lalu pimpinan-pimpinan yang bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al Bukhari dalam Shahih-nya)
Inilah perkara yang sesungguhnya ditakutkan. Orang-orang bodoh tampil untuk berfatwa dan mengajar, sehingga merekapun sesat dan menyesatkan. Adapun perkataan orang itu bahwa ilmu telah pergi dan tidak tersisa kecuali demikian dan demikian, dikhawatirkan dia akan mengendorkan semangat sebagian manusia. Meskipun orang yang kokoh dan berilmu tidak akan kendor semangatnya, bahkan hal tersebut akan mendorongnya untuk menuntut ilmu sehingga mampu menutup lubang (kekurangan) tersebut.
Banyak sekali orang yang menuntut ilmu namun salah dalam memahaminya hanya separuh-separuh sehingga ilmu yang disebarkan oleh para pencari ilmu dan yang berdakwah malah hanya semakin membuat perpecahan umat , dan mengaku golongannya sendiri paling benar. Hal ini adalah SYIRIK seseai dengan dalam alquran sehingga kita harus berhati-hati tehadap mereka yamh mengaku paling benar sendiri dan lainnya adalah sesat, untuk perkara tersebut maka kita harus selalu berpegangan teguh terhadap alquran dan sunnah :
sebagaimana Allah subhanahu wata’ala firmankan dalam surat An-Nisaa` ayat 59,
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
Dan surat Asy-Syuura ayat 10,
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah.”
Tetapi kita harus selalu mengikut terhadap orang-orang yang ikhlas dalam beragama, berdakwah, dan beramal apapun golongannya selama orang tersebut :
- Berpegang teguh terhadap Alquran dan sunnah.
- Berkemauan kuat untuk selalu merekatkan dan menyatukan umat Islam bukan menambah lebar perpecahan.
- Menghidupkan keilmuan berdasarkan keislaman sehingga tercapai masyarakat atau umat yang wasthan.
sehingga kita insya allah bisa termasuk orang atau umat yang digambarkan oleh rasulullah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ وَلاَ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأتِيَ أَمْرُ اللهِ
“Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran dan mereka tertolong. Tidak akan menyusahkan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka dan orang-orang yang meninggalkan mereka, sampai datang keputusan Allah (hari kiamat).”
0 komentar:
Posting Komentar