1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah : Adam yang berarti tidak ada.
Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam“ …(QS. Al-A’raf :54)
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya.
- Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ?
- Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?
- Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
- Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).
Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman :
“Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” … (QS.Al Muminun :78-80)
|
2. Qidam ( Dahulu atau Awal )
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah : Hudus yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.
Firman Allah SWT :
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)
Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan..
|
3. Baqa’ ( Kekal )
Sifat mustahilnya adalah : Fana’ artinya rusak atau binasa.
Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT.
Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.
Firman Allah SWT :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)
|
4. Mukhalafatu lil hawadits ( berbeda dengan Ciptaannya )
Sifat mustahil-Nya adalah : Mumasalatu lil hawadisi
Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain.
Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya.
Firman Allah SWT :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“… (QS. Asy-Syura :11)
Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :
“……….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)
Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya..
|
5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.
Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ihtiyaju lighairihi,
artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman Allah SWT :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)
Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.
|
6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ta’adud
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.”
|
7. Qudrat ( Berkuasa )
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Ajzu,
artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah :20)
Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.
|
8. Iradat ( Berkehendak )
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Sifat mustahil-Nya adalah : Karahah,
Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).
Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).
Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.
|
9. Ilmu ( Mengetahui )
Sifat mustahil-Nya adalah : Jahlun yang artinya bodoh.
Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.
|
10. Hayat ( Hidup )
Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah : Mautun yang artinya mati.
Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah SWT :
”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” … (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.
|
11. Sam’un ( Mendengar )
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.
Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat mustahil-Nnya adalah : Summun artinya tuli (tidak mendengar).
Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.
Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun .
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.
”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.
|
12. Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Umyun, artinya buta.
Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT sebagai berikut.
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT.
Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.
|
13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.
Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat mustahi-Nya adalah : Bukmun, artinya Bisu.
Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan.
Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.
Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.
|
14. Kaunuhu Qadirun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.
“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“(QS. Al Baqarah :20).
|
15. Kaunuhu Muridun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak.
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak.
.
Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)
|
16. Kaunuhu ‘Alimun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi.
Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176).
|
17. Kaunuhu Hayyun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)
|
18. Kaunuhu Sami’un
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, iaitu lain daripada sifat Sama’.
Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar.
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
|
19. Kaunuhu Basirun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia.
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
|
20. Kaunuhu Mutakallimun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
0 komentar:
Posting Komentar