a. Gangguan Jin dan Sihir dalam Al-Qur’an
Gangguan jin seperti kesurupan, bukan hal yang mustahil. Bahkan Al Qur'an dengan tegas menggambarkan nasib orang-orang yang memakan harta riba di hari kiamat. Mereka tidak mampu berdiri melainkan seperti berdirinya orang kerasukan setan karena tekanan penyakit gila (kesurupan). [ QS Al-Baqarah : 275 ]
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya, al jami’ li ahkamil Qur’an berpendapat, ayat ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang tidak percaya tentang adanya gangguan jin atau kesurupan. Pendapat senada juga diungkapkan Imam At-Thobari dalam tafsirnya jami’ul bayan ‘an ta’wiil aayil qur’an(tafsir atthobari). Bahkan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirul Qur’anil ‘azhim (tafsir ibnu katsir) lebih tegas mengatakan, mereka berdiri seperti berdirinya orang yang sedang kerasukan jin.
Dalam hadits shahih Buhkari Muslim, Raslullah saw bersabda: “Sesungguhnya setan dalam tubuh manusia mengalir seperti/ melalui aliran darah (pembuluh darah)”.
Tentang sihir, Al-Qur’an dengan tegas menyebutkannya sebagai perbuatan kufur yang hanya dilakukan dan diajarkan setan kepada manusia.
“Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan : “Ssesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu) sebab itu janganlah kamu kafir”. ( QS Al-Baqoroh : 102 ).
Dalam ayat lain Al-Qur’an memaparkan kisah Nabi Musa as menghadapi penyihir-penyihir Fir’aun. ( QS. Al a’raf : 117 – 122, QS. Yunus : 79 – 82, QS. Thoha : 65 – 68 ).
b. Sikap Mukmin Terhadap Sihir
Berdasarkan dalil-dalil di atas, bagi seorang mukmin, percaya kepada yang ghaib merupakan prinsip yang paling mendasar dalam aqidah. Oleh sebab itu, berbicara tentang alam ghaib harus menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan pertama dan utama. Dengan demikian kesurupan jin, serangan sihir atau dikuasai syaitan dari golongan jin merupakan hal yang tak pantas kita ingkari.
c. Gangguan jin atau sihir, adakah..???
Banyak orang tidak percaya dengan gangguan jin maupun sihir. Sebabkan, karena ketidaktahuan atau terlalu bertumpu pada logika. Sesuatu yang tidak bisa dilogikakan berarti tidak ada. Apalagi dengan analisa dokter atau hasil scanning menunjukkan tidak ada penyakit. Namun secara kasat mata, orang itu sakit berhari-hari bahkan berbulan-bulan tanpa ada kejelasan, hanya pasrah kepada Allah SWT. Ungkapan yang mungkin tersisa, ”ini adalah cobaan”, kemudian berdiam diri tanpa berusaha lebih lanjut.
Namun dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi seputar pengobatan alternatif. Tapi tentu tidak semua informasi dapat mengantarkan para netter pada informasi kesembuhan yang positif. Terlebih rendahnya pengetahuan tentang batasan-batasan Syariat Islam. Akibatnya, tidak sedikit berbuntut mempercayai ‘orang pintar’ atau orang yamg dikiyaikan sebagai rujukan. Alih-alih mencari pengobatan alternatif yang dinilai Islami tapi justru menjerumuskannya pada kesesatan dan kemusyrikan. Dukun sesat dianggap kiai. Amalan bid’ah seakan-akan sunnah. Ayat-ayat Allah dijadikan jimat, dibutuhkan hanya untuk mengusir jin dan menangkal sialan.
Sebagai agama sempurna, Islam memberikan solusi robbani. Solusi yang mampu meningkatkan ketakwaan seorang hamba kepada Robb-nya, Allah SWT. Pencipta dan Penguasa alam semesta, tempat berharap yang tidah pernah mengecewakan hamba-Nya. Kepada-Nya semua makhluk akan kembali.
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita begitu beragam rangkaian do’a. Selain sebagai bagian dari ibadah, berdo’a juga sebagai gambaran ketawakkalan seorang hamba kepada Allah, Dzat yang Maha segalanya. Kumpulan bacaan do’a inilah yang kemudian dikenal dengan Ruqyah.
1. Pengertian Ruqyah
Ruqyah menurut bahasa adalah perlindungan. Sedangkan dalam istilah syari’at Islam adalah do’a-do’a dari Al-Quran maupun As-Sunnah As-Shohihah atau dari bacaan yang dapat dipahami, yang dibaca untuk memohon kepada Allah SWT akan kesembuhan orang yang sakit.
Istilah Ruqyah dalam pengertian bahasa ini sebenarnya sudah dikenal sebelum Nabi diutus menjadi Rasul. Bahkan ada yang berpendapat, ruqyah ada sejak manusia ada. Karena itu, dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw menyeleksi ruqyah–ruqyah yang dipakai para sahabat. Nabi saw bersabda: “Perdengarkanlah ruqyah kalian, ruqyah itu tidak apa-apa selama tidak bermuatan syirik”. ( HR.Muslim dari sahabat ‘Auf bin Malik ).
2. Dalil Ruqyah Syar’iyyah
Allah SWT berfirman: “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”. ( QS.al isra’ : 28. Ayat ini diperkuat hadits Aisyah ra. Ketika Rasulullah masuk rumahnya, Aisyah sedang mengobati atau meruqyah seorang wanita. Kemudian Rasul saw bersabda: “Obatilah ia dengan Al-Quran.” ( HR. Abu Daud dan disahihkan oles Syaikh Al Albani ).
3. Pembagian Ruqyah
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, ruqyah dibagi menjadi dua. Ruqyah Syirkiyyah (Ruqyah yang bermuatan syirik) dan Ruqyah Syar’iyyah (Ruqyah yang sesuai dengan syari’at).
A. Ruqyah Syirkiyah
Ruqyah Syirkiyah adalah bacaan-bacaan yang mengandung kesyirikan (permohonan kepada selain Allah) dengan cara atau syarat-syarat yang menyimpang dari tuntunan Al Qur’an dan As sunnah. Di antara ciri ruqyah syirkiyah adalah :
- Membaca Al-Qur'an tapi mampu menerawang atau mengetahui hal-hal yang ghoib.
- Mencampur bacaan Al-Qur'an dengan mantra-mantra kesyirikan.
- Membaca Al-Qur'an dengan meminta syarat-syarat yang tidak dibenarkan dalam Islam.
- Membaca Al-Qur'an dan memberikan jimat, wifiq, isim dan atau benda-benda lain yang dikeramatkan.
B. Ruqyah syar’iyyah
Ruqyah syar’iyah adalah Ruqyah yang sesuai dengan syari’at Islam. Yang menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan. Bacaan-bacaan dalam Ruqyah syar’iyah diambil dari ayat-ayat Al Quran, dan dari doa-doa ma’tsur yang diajarkan Rasulullah. Ciri dan syarat Ruqyah syar’iyah:
1. Jika bacaan Ruqyah diambil dari ayat Al Quran, maka tidak diperbolehkan merubah susunan dan cara bacanya (dibaca denagn tartil).
2. Dibaca sesuai dengan bahasa aslinya dan dibaca sesuai dengan kaidah bacanya.
3. Dibaca dengan suara yang keras, agar terdengar dengan jelas bacaannya.
4. Tidak mengandung unsure-unsur kesyirikan.
5. Tetap meyakini hanya Allah semata yang maha penyembuh, bukan peruqyah.
4. Contoh-contoh Ruqyah
a. Rasulullah SAW Pernah Meruqyah Cucunya
Rasulullah saw pernah meruqyah kedua cucunya seperti yang diceritakan Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw pernah meruqyah Hasan dan Husein dengan doa: “Saya memohon perlindungan buat kalian berdua dengan kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari kejahatan setan dan binatang berbisa, serta dari pandangan yang menimpanya (yang maengakibatkan sakit)”. ( HR Bukhori muslim )
b. Ruqyah Sahabat Tidak Khusyu’ Shalat
Utsman bin Abil ’Ash ra berkata: “Ketika Rasulullah SAW menugaskanku di wilayah Tha’if. Sesuatu mengganggu kehkusyukanku setiap melaksanakan shalat. Sampai-sampai aku tidak tahu (lupa) shalat apa yang sedang aku kerjakan. Kemudian aku bergegas menemui Rasululah, untuk menanyakan hal tersebut.” Rasulullah bertanya: “Ada apa denganmu?” Setelah mendengar penjelasanku Rasul berkata: “Itu adalah syaitan, mendekatlah.” Akupun mendekat dan duduk di hadapannya. Kemudian Rasul memukul dadaku dengan tangannya, dan meludahi mulutku, sambil mengatakan : “Keluarlah wahai musuh Allah!” Beliau melakukannya tiga kali. Kemudian berkata : “kebenaran bersama amalmu.” Setelah itu aku tidak pernah lagi merasa terganggu dalam shalat.” ( HSR. Ibnu Majah ).
c. Seorang Ibu Membawa Anaknya Kepada Rasul SAW
Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Dalam sebuah perjalanan bersama Rasulullah saw menuju peperangan Dzatur Riqo’. Setiba kami di perkampungan Harrah Waqim, seorang wanita badui datang menemui Rasulullah saw dengan membawa putranya. Lalu berkata: “Wahai Rasulullah ini putraku, aku kewalahan karena dia diganggu setan. Rasul saw berkata: “mendekatlah.” Perempuan itu lalu mendekatkan anaknya kepada Rasulullah saw seraya berkata: “bukalah mulutnya.” Setelah mulutnya terbuka, Rasul meludahi mulut anak tersebut, kemudian mengatakan: “Celakalah kamu wahai musuh Allah! aku adalah utusan Allah!” – Rasul mengulanginya tiga kali –. kemudian Rasul mengatakan : Bawalah anakmu, dia sudah tidak diganggu lagi. Dan tidak akan diganggu lagi seperti sebelumnya”. (HSR : At Thabrani)
5. Tahapan Ruqyah Syar’iyah :
Tahapan pertama, persiapan sebelum ruqyah.
1. Bertaubat kepada Allah dan menjauhi ibadah-ibadah bid’ah (ibadah yang tidak diajarkan oleh Rasulullah), serta meninggalkan keyakinan yang sarat dengan tahayul dan khurofat. Dengan mengembalikan semua urusan kepada Al-Quran dan Hadits agar tidak tersesat.
2. Membongkar, mengumpulkan serta memusnahkan jimat-jimat, wifiq-wifiq atau isim-isim yang disimpan. Lalu bacakanlah ayat kursi dan ludahi kemudian dibakar.
3. Menjauhi nyanyian–nyanyian setan dan alat musik.
4. Bersuci dari hadats besar besar dan kecil.
5. Menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan.
6. Menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT semata.
Tahapan kedua, saat ruqyah.
Pertama: Jika ada anggota badan yang terasa sakit, maka tempealkan telapak tangan anda diatasnya, terutama tangan kanan, dengan membaca doa-doa sebagai berikut.:
1. Bismillah 3x, A’udzu bi’izzatillahi waqudrtihi min syarri ma ajidu wa uhadzhiru 7x, Berdasarkan hadits Rasulullah dari utsman bin Abil ‘Ash yang diriwayatkan oleh muslim, no : 2202.
2. Allahumma robbannas adzhibil ba’sa isyfi antasy syafi la syifa-a illa syifauka syifaan la yughodiru saqoma. Berdasarkan sabda Rasulullah dari aisyah, Ibnu Mas’ud, Muhammad bin Hathib yang diriwayatkan oleh Bukhari, no : 5743 dan Muslim, no : 2191
Kedua: Jika tidak ada anggota badan tertentu yang dirasa sakit, maka bacalah bacaan ruqyah dari ayat Al-Quran atau Hadis yang sahih.
Ketiga: Bacalah ruqyah dengan mendekatkan air ke bibir, atau membaca bacaan ruqyah lalu tiupkan ke air. Berdasarkan riwayat Abi Ma’syar bahwa Aisyah berpendapat : “Tidak apa-apa bila bacaan ruqyah dibacakan ke air, lalu disiramkan ke orang yang sakit”. ( Ibnu Abii Syaibah : 7/368 ) Ibnul Qoyyim juga pernah menggunakan metode ini dengan air zam-zam ( Zadul Ma’ad : 4/178).
Keempat: Bisa juga mencampurkan air dengan garam dapur secukupnya, atau juice tujuh daun bidara (shidr) yang masih segar, kemudian dibacakan surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Shagir : 2/23 dari Ali bin Abi Thalib dan dishahihkan oleh Al Albani, no: 548.
Kelima: Anda membaca bacaan ruqyah, kemudian tiupkanlah ke telapak tangan lalu usapkan ke tubuh. Berdasarkan riwayat dari Aisyah , yang diriwayatkan oleh Bukhari, no : 5016 dan Muslim, no : 2192.
Tahapan ketiga, Pasca Ruqyah
Sebagai catatan, misi setan adalah menyesatkan manusia. Tidak berakhir sampai hari kiamat. Sehingga jin atau setan yang telah mengganggu manusia, sangat mungkin kembali menggoda. Maka tahapan ketiga ini tidak kalah penting dengan dua tahapan sebelumnya.
6. Beberepa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga diri dari ganguan jin:
1. Menjaga shalat lima waktu berjamaah, khususnya bagi pria hendaknya melakukan shalat berjamaah di masjid atau mushalla terdekat.
2. Menjauhi segala bentuk maksiat, atau hal-hal yang dijadikan setan sebagai sarana untuk melalaikan dan menjauhkan kita dari Allah termasuk nyanyian–nyanyian dan alunan musik.
3. Menjaga kesucian dengan berwudhu, terutama berwudhu sebelum tidur, Rasulullah berpesan kepada Barra’ bin Azib: “Apabila kamu menempati pembaringanmu, maka berwudlulah seperti wudhumu untuk salat.”( HR Bukhari – Muslim ).
4. Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Nas, lalu ditiupkan ketelapak tangan. Kemudian diusapkan ke muka dan anggota badan lainnya. Aisyah meriwayatkan: Rasulullah apabila merebahkan tubuhnya di pembaringan, beliau meniup kedua telapak tangannya seraya membaca surat Al-Ikhlash dan Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An -Nas), lalu diusapkan ke wajah dan seluruh tubuhnya yang bisa terjangkau.” ( HR. Bukhari ).
5. Membaca ayat kursi dan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah saw, sebelum dan sesudah tidur. Rasulullah bersabda: “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi sampai selesai. Karena Allah senantiasa menjagamu dan syaitan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
6. Membaca surat Al-Baqarah di rumah, dianjurkan khatam dalam tiga hari. Rasulullah bersabda: “sesungguhnya setan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
7. Berteman dengan orang-orang sholeh, guna mewujudkan lingkungan Islami yang mendukung agar tetap konsisten mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah saw.
8. Mengawali setiap aktifitas dengan membaca “Basmallah” serta senantiasa membasahi bibir dengan zikir, istighfar kepada Allah yang disertai usaha untuk memperdalam pemahaman tentang Islam.
Untuk ayat ruqyah, selain yang terdapat dalam dzikir pagi dan petang (ma'tsurat), pada umumnya ayat2 yang dibaca adalah ayat2 yang menyebutkan tentang keagungan Allah, adzab di hari qiyamat atau tentang jin dan manusia. diantara ayat yang sering dibaca :
Al-fatihah, awal al-baqoroh: 1-5, 102-103,164-167, 255-257, 285-286. awal ali imron : 1-9, 26-27, asshoffat 1-10, al-kafirun, & 3 surat terakhir.
Selain itu, yang sangat mendasar dalam ruqyah adalah pemahaman aqidah yang benar & kesiapan mental., sebab meruqyah itu sangat membutuhkan ketenangan & ketawakkalan kpd Allah, agar tidak terjerumus pada kesalahan yang lebih fatal ; disaat peruqyah merasa mampu memberikan pengaruh pada si sakit, karena pada kakikatnya Allah lah yang memberikan pengaruh..Allahu a'lam
Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat dalam kerangka amar ma’ruf nahyi munkar untuk menjaga kemurnian aqidah dari dien yang hanif ini. Kepada Allah kita berharap seraya memohon ampunan atas segala khilaf. Hasbunallahu wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’mannashir.
0 komentar:
Posting Komentar