- PENGERTIAN ILMU DAN FIQIH SERTA KEUTAMAANNYA.
- A. Kewajiban Belajar
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata, “Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.” Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam.
- B. Keutamaan Ilmu
Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”
Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
- C. Belajar Ilmu Akhlaq
1 |
- D. Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang Haram dipelajari.
Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajari ilmu nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan seseorang dari taqdir Tuhan.
Boleh mempelajari ilmu nujum (ilmu falaq) untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-waktu shalat.
Boleh pula mempelajari ilmu kedokteran, karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada hubungannya dengan sihir, jimat, tenung dan lain-lainnya.Karena Nabi juga pernah berobat.
- E. Definisi Ilmu.
- 2. NIAT DI WAKTU BELAJAR
- A. Niat Belajar
Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia namun karena bagus niatnya maka menjadi bagian amal akhirat. Adapula amal perbuatan yang terlihat amal akhirat lalu menjadi amal dunia yang karena buruk niat.”
- B. Niatan Baik dan Buruk.
Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.
- C. Kelezatan dan Hikmah Ilmu.
Penuntut ilmu hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Ia telah mengatasi kepayahan yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmu yang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini.
- D. Pantangan Ahli ilmu
- E. Saran Khusus Buat pelajar
- 3. MEMILIH ILMU, GURU,TEMANDAN KETABAHAN BERILMU
- A. Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih.
Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak ulama berkata : “Tekunilah ilmu kuna, bukan yang baru saja ada.” Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan.
- B. Syarat-syarat Guru Yang dipilih
- C. Bermusyawarah
Menuntut ilmu adalah perkara paling mulya, tetapi juga paling sulit. Karena itulah, musyawarah disi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.
- D. Sabar dan Tabah Dalam Belajar
- Segala sesuatau, maunya tinggi yang di tuju
- Tapi jarang, hati tabah di emban orang
Juga berhati sabar dalam menghadapi cobaan dan bencana. Ada dikatakan : “Gudang simpanan cita, terletak pada banyaknya bencana.”
- E. Memilih Teman
Syiir dikatakan:
- Jangan bertanya siapakah dia? Cukup kau tahu oh itu temannya.karena siapapun dia, mesti berwataq seperti temannya.
- Bila kawanya durhaka, singkirilah dia serta merta.bila bagus budinya, rangkullah dia, berbahagia!
- Jangan kau temani sipemalas, hindari segala halnya, banyak orang shaleh menjadi kandas, sebab rerusuh sandarannya
- Menjalar tolol kepada cendikia, amat cepat terlalu laksana api bara, ia padam di atas abu
- Teman yang durhaka, lebih berbisa daripada ular yang bahaya
- Demi Allah Yang Maha Tinggi, Nan Maha Suci
- Teman buruk, membawamu ke neraka jahim
- Teman bagus, mengajakmu ke sorga na’im
- 4. MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU
- A. Mengagungkan ilmu
- B. Mengagungkan Guru
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.
Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.
- C. Memulyakan Kitab
Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : “Tidak bermanfaat ilmumu.
Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: “Kalau yang demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya disingkiri saja.”
Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak jelas tulisannya, lalu ujarnya: “Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki.” Maksudnya, jika kau semakin tua dan matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu.
Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum filsafat bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang tidak suka memakai kendaraan yang berwarna merah.
- D. Menghormati Teman
- E. Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah
- F. Jangan Memilih Ilmu Sendiri
- G. Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru
- H. Menyingkiri Akhlak Tercela
Syai’ir dikatakan:
- ilmu itu musuh bagi penyombong diri
- laksan air bah, musuh dataran tinggi
- Diraih keagungan dengan kesungguhan bukan semata dengan harta tumpukan
- bisakah agung didapat? Dengan harta tanpa semangat?
- Banyak sahaya, menduduki tingkat merdeka
- Banyak orang merdeka, menduduki tingkat sahaya
- 5. SUNGGUH-SUNGGUH, KONTINUITASDAN CITA-CITA LUHUR
- A. Kesungguhan Hati
Ada dikatakan pula : “siapa sungguh-sungguh dalam mencari sesuatu pastilah ketemu” “Brangsiapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pasti dapat memasuki”. ada dikatakan lagi: “Sejauhmana usahamu, sekian pula tercapai cita-citamu”
Syi’ir gubahan Asy-Syafi’iy dikemukan kepadaku oleh Al Ustadz Sadiduddin Asy-Syairaziy:
- Dengan kesungguhan, hal yng jauh jadi berada pintu terkuncipun jadi terbuka
- Titah Allah yang paling berhaq bilang sengsara, yang bercita tinggi namun hidupnya miskin papa
- Disini bukti kelestarian taqdir dan hukumNya, bila sipandai hidup sengsara, sedang sibodoh cukup berharta
- Tapi yang hidup akalny, tidak di beri harta dan benda, keduanya pada berpisah, satu disini satu disana
- Seukur kesulitan, ukuran keluhuran, siapa ingin luhur, jangan tidur semalaman
- Kau ingin mulya, tapi tidur di malam hari,dengan menyelam laut, permata kan didapati
- Keluhuran derajat, dengan hikmah yang tinggi, keluhuran seseorang, dengan berjaga di malam hari
- Oh tuhan, kubuang tidurku di malam hari, demi ridhaMu Ya Maulal Mawali
- Siapa tanpa mau sengsara inginkan keluhuran, mengulur umur yang takkan kedapatan
- Tolonglah saya agar mendapat ilmu, sampaikan saya dikemulyaan sisiMu
- Jadikanlah malam, unta tunggangann buat kau dapat, yang kau citakan
- B. kontinuitas dan mengulang pelajaran
- C. Menyantuni Diri
- D. Cita-cita Luhur
Abuth-Thoyyib berucap:
- Seberapa kadar ahli cita, si cita-cita kan didapati
- Seberapa kadar orang mulya, sikemulyaan kan di temui
- Barang kecil tampaknya besar, dimata orang bercita kecil
- Barang besar dimata oarang bercita besar, tampaknya kecil
- E. Usah sekuat Tenaga
- Kami rela, bagian Allah untuk kami
- Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami
- Dalam waktu singkat, harta jadi musna
- Namun ilmu, abaditak akan sirna
- Kaum bodoh, telah mati sebelum mati
- Orang alim, tetap hidup walaupun mati
- Kebodohan membunuh si bodoh sebelum matinya
- Belum dikubur, badanya telah jadi pusara
- Orang hidup tanpa berilmu, hukumnya mati
- Bila bangkit kembali, tak kan bisa bangkit kembali
- Orang berilmu, hidup kekal setelah mati
- Ruas tubuhnya telah hancur lebur di timbun duli
- Orang bodoh, jalan di bumi, mati hukumnya
- Dikira hidup, nyatanya mati
- Fiqh itu ilmu termahal,engkaulah yang memungut
- Siapa belajar, tak kan habis hikmah di dapat
- Curahkan dirimu, mempelajari yang belum tahu
- Awal bahagia, akhirpun bahagia, itulah ilmu
- 6. PERMULAN BELAJAR UKURAN BELAJARDAN TATA TERTIBNYA
- A. Hari Mulai Belajar
Demikianlah, karena pada hari rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu pula merupakan hari sial bagi orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yang berkah.
- B. Panjang Pendeknya Pelajaran
Ada dikatakan: “pelajaran baru satu huruf, pengulangannya seribu kali.”
- C. Tingkat Pelajaran Yang Di Dahulukan
- D. Membuat Catatan
Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.
- E. Usaha Memahami Pelajaran
- F. Mudzakarah Munadharah Dan Mutharahah
Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran. Bila kepada Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, maka ia katakan : “pertanyaan anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada yang lebih banyak ilmunya.”
Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Ada dikatakan : “Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar.
- G. Menggali Ilmu
Tidak bisa tidak, agar omongan tepat itu harus terlebih dahulu di angan-angan sebelum berbicara. Ucapan adalah laksana anak panah, dimana tepat pada sasaran bila dibidikan terlebih dahulu dengan mengangan-angan. Dalam Ushul Fiqh ada dikatakan bahwa mengangan-angan adalah dasar yang amat penting. Maksudnya, hendaklah ucapan ahli fiqh yang teliti itu terlebih dahulu harus diangan-angan. Ada diaktakan : “Modal akal ialah ucapan yang tidak sembarangan serta diangan-angan terlebih dahulu.”
Seluruh waktunya dan dalam situasi bagaimanapun, pelajar hendaknya mengambil pelajaran dari siapapun. Rasulullah saw bersabda: “Hikmah itu barang hilangnya orang mukmin dimana asal ia temui supaya diambil juga.” Ada dikatakan: “Ambillah yang jernih tinggalkanlah yang keruh.”
Dikala kepada Abu Yusuf ditanyakan: “Dengan apakah tuan memperoleh ilmu? beliau menjawab: “Saya tidak merasa malu belajar dan tidak kikir mengajar”. Ada ditanyakan kepada Ibnu Abbas ra : “dengan apakah tuan mendapat ilmu?” beliau menjawab : “Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu berpikir.”
- H. Pembiayaan Untuk Ilmu
Apabila seseorang kebetulan kaya raya, alangkah bagusnya bila harta yang halal itu di miliki orang shaleh. Ada ditanyakan kepada seorang yang alim “dengan apa tuan mendapatkan ilmu?” lalu menjawabnya: “Dengan ayahku yang kaya. Dengan kekayaan itu, beliau berbakti kepada ahli ilmu dan ahli keutamaan”. Perbuatan seperti ini, berarti mensyukuri nikmat akal dan ilmu, yang hal itu menyebabkan bertambahnya ilmu.
- I. Bersyukur
- J. Pengorbanan Harta Demi Ilmu
- K. Pelaksanaan Pelajaran Keterampilan
Jika orang alim bersifat tama’, hilanglah nilai ilmunya dan ucapannya tidak bisa dibenarkan lagi. Karena itu, Rasulullah saw pembawa syareat berlindung diri dari sabdanya: “Aku berlindung diri kepada Allah dari sifat tama’ yang membawa kepada tabiat jahat.”
- L. Lillahi Ta’ala
- M. Mengukur Kemampuan Diri Sendiri
- N. Metoda Menghafal
Hendaknya dalam mengulangi pelajarannya itu jangan pelan-pelan. Belajar lebih bagus bersuara kuat dengan penuh semangat. Namun jangan terlalu keras, dan jangan pula hingga menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar lagi. Segala sesuatu yang terbaik adalah yang cukupan.
- O. Panik Dan Bingung
- 7. Sebuah Methode Belajar.
- 8. MASA BELAJAR
Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan isya.
- 9. KASIH SAYANG DAN NASEHAT
- A. Kasih Sayang
Sebuah hikayat diketengahkan. Shadrul Ajall Burhanul Aimmah membagi waktu untuk mengajar kedua orang putra beliau, yaitu Hasamuddin dan Tajuddin pada waktu agak siang begini, minat kami telah berkurang lagi pula merasa bosan”, sang ayahpun menyahut’ “sesungguhnya orang-orang perantauan dan putra-putra pembesar itu pada berdatangan kemari dari berbagai penjuru bumi. Karena itu mereka harus kuajar terlebih dahulu.” Nah, atas berkah sang ayah dan kasih sayangnya itulah, dua orang putra beliau menjadi alim fiqh yang melebihi ahli-ahli lain yang hidup pada masa itu.
- B. Menghadapi Kedengkian
Ada dikatakan : “Barangsiapa yang ingin memutuskan batang hidung lawannya, maka bacalah syi’ir di bawah ini berulang kali” dibawakan syi’ir itu buatku :
- Jikalau engkau, ingin musuhmu jadi terhina
- Terbunuh susah, terbakar derita
- Maka caranya capailah mulya, tambahlah ilmu
- Sebab orang dengki, tambah susahnya
- Bila yang didengki, tambah ilmunya
- Orang alim tak akan selamat dari si bodoh, Bila si bodoh melaliminya dan membuat kisruh
- damailah saja dengn si bodoh jangan kau serang, bila sibodoh mau cerewet, tetaplah tenang.
- 10. MENGAMBIL PELAJARAN
- A. Saat-saat Mengambil pelajaran
Ada dikatakan : Hapalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri” dikatakan lagi: “Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu, karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut” saya mendengar ucapan Syaikhul Ustadz Zainul Islam yang terkenal dengan gelar Adibul Mukhtar : Hilal bin Yasar berkata : “Kulihat Nabi saw. Mengemukakan sepatah ilmu dan hikmah kepada sahabat beliau, lalu usulku: “Ya Rasulullah, ulangilah untukku apa yang telah tuan sampaikan kepada mereka” beliau bertanya kepadaku : “apakah engkau bawa botol dawat?” jawabku : “tidak” beliaupun lagi bersabda : “Oh Hilal, janganlah engkau berpisah dari botol dawat, karena sampai hari kiamat kebagusan itu selalu disana dan pada yang membawanya”.
- B. Mengambil Pelajaran Dari Para Sesepuh
Ali ra berkata : Jikalau kamu menghadapi suatu perkara, maka tekunilah ia; berpaling dari ilmu Allah itu cukup akan membuat hina dan menyesal; mohonlah perlindungan Allah di waktu siang dan malam agar tidak melakukan tersebut diatas.
- C. Prihatin Dan Rendah Di Mata Manusia
Ada dikatakan : ilmu itu mulya tak bercampur hina, dan tak didapati hanya lewat kehinaan tak bercampur kemulyaan” (maksudnya didapat dengan penuh derita yang terpandang rendah dimata manusia).
- 11. WARO’ PADA MASA BELAJAR
- A. Waro’
Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan sampai perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tak bermanfaat.
Ada seorang zuhud ahli fiqh berwasiat kepada seorang murid: Jagalah dirimu dari ghibah dan bergaul dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya. Lalu katanya lagi : orang yang banyak bicara itu mencuri umurmu dan membuang sia-sia waktumu.”
Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat waktu belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh para ulama ahli kebajikan dan jngan sampai terkena do’a tidak baiknya orang teraniaya kesemuanya itu termasuk waro’.
- B. Menghadap Qiblat
Ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun belajar bersama-sama. Setelah berjalan bertahun-tahun, mereka kembali pulang. Ternyata satu alim, sedang satunya lagi tidak. Kemudian pernyataan ini menarik perhatian para ulama’ ahli fiqh daerah tersebut, lalu mereka bertanya kepada dua orang tadi, mengenai perbuatannya waktu sedang mengulang sendiri pelajarannya dan duduknya di waktu belajar. Atas hasil pertanyaan itu, mereka mengetahui bahwa orang alim tadi setiap mengulang pelajarannya selalu menghadap qiblat dan kota di mana ia mendapat ilmu. Tapi yang tidak alim, justru membelakanginya.
Dengan demikian ahli fiqh dan para ulama sepakat bahwa orang yang menjadi alim tadi adalah atas berkahnya menghadap qiblat sebab itu dihukumi sunah, kecuali bila terpaksa. Dan berkah orang-orang muslimin disana, sebab kota tersebut tidak pernah kesepian dari orang-orang ibadah dan berbuat kebajikan. Yang jelas, untuk setiap malam pasti ada walaupun satu orang ahli ibadah yang mendo’akan kepadanya.
- C. Perbuatan Adab Dan Sunnah
Hendaknya pula banyak-banyak melakukan shalat dengan khusu’ sebab dengan begitu akan lebih memudahkan mencapai kesuksesan belajar.
Pelajar hendaknya selalu membawa buku untuk dipelajari. Ada dikatakan : “Barangsiapa tak ada buku di sakunya, maka tak ada hikmah di hatinya.” Lalu buku itu hendaknya berwarna putih. Juga hendaknya membawa botol dawat, agar bisa mencatat segala pengetahuan yang di dengar. Sebagaimana di atas telah kami kemukakan Hadist riwayat Hilal bin Yasar.
PENUTUP
22 |
0 komentar:
Posting Komentar