Imam Al-Qurthubi
Ahli Tafsir Ternama dari Cordova
Nama dan asal beliau
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi, seorang ahli tafsir dari Cordova (sekarang bernama Spanyol). Ia berkelana ke negeri timur dan menetap di kediaman Abu Khusaib (di selatan Asyut, Mesir). Dia salah seorang hamba Allah yang shalih dan ulama yang arif, wara’ dan zuhud di dunia, yang sibuk dirinya dengan urusan akhirat. Waktunya dihabiskan untuk memberikan bimbingan, beribadah dan menulis.
Karya-Karya Beliau
Dia adalah menulis mengenai tafsir al-Qur’an, sebuah kitab besar yang terdiri dari 20 jilid, yang diberinya judul: “Al-Jami’ liahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan”. Kitab ini merupakan salah satu tafsir terbesar dan terbanyak manfaatnya. Penulis tidak mencantumkan kisah-kisah atau sejarah, dan sebagai gantinya, penulis menetapkan hukum-hukum al-Qur’an, melakukan istimbath atas dalil-dalil, menyebutkan berbagai macam qira’at, I’rab, nasikh, dan mansukh.
Al-Asna fi Syarh Asma’illaj al-Husna
At-Tidzkar fi Afdhal al-Adzkar
Syar at-Taqashshi
Qam’ al-Hirsh bi az-Zuhd wa al-Qana’ah
At-Taqrib likitab at-Tamhid
Al-I’lam biima fi Din an-Nashara min al-Mafasid wa al-Auham wa Izhharm Mahasin Din al-Islam
At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa umur al-Akhirah (edisi Indonesia: Buku Pintar Alam Akhirat)
Guru-Guru Beliau
Beliau mendengar pelajaran dari Syaikh Abu al-Abbas Ahmad bin Umar al-Qurthubi dan meriwayatkan dari al-Hafizh Abu Ali al-Hasan bin Muhammad bin Hafsh dan lain sebagainya.
Beliau tinggal di kediaman Abu al-Hushaib.
Wafat Beliau
Imam Abu Abdillah Al-Qurthubi meninggal dan dimakamkan Mesir yaitu dikediaman Abu al-Hushaib, pada malam senin, tanggal 09 Syawwal tahun 671 H. semoga Allah merahmati dan meridhai beliau.
Sumber: Lihat dalam Al-A’lam karya Az-Zirikli, 5/322. dan Hadiyyatul ‘Arifin, karya Al-Babani, 2/129.
Janji Allah yang termaktub dalam Surat al-Mujadilah ayat
ke-11, Dia akan mengangkat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu ke
derajat yang lebih tinggi, mendapat sambutan yang hangat dari kaum Muslimin.
Mereka berlomba-lomba ingin mencapai hirarkhi keilmuan yang paling tinggi,
bagaimanapun caranya dimanapun mereka berada, dan kapan pun waktunya. Tidak
mengherankan jika di berbagai zaman dan berbagai tempat banyak para ulama dalam
berbagai disiplin ilmu yang bermunculan, bagaikan cendawan di musim penghujan.
Dalam
lintasan sejarahnya, umat Islam mempunyai banyak ahli tafsir yang ternama. Di
antara sebagian nama ahli tafsir ternama yang lekat di hati kaum Muslimin
adalah Imam Qurthubi yang memiliki nama asli Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad
bin Abi Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi. Lahir di
Cordova, Andalusia (Spanyol) Di kota kelahirannya itu, ia belajar bahasa Arab,
al-Qur’an, syair, fiqh, nahwu, qira’at, balaghah, dan ilmu-ilmu lainnya.
Imam
al-Qurthubi hidup ketika orang-orang al-Muwahhidun tengah berkuasa. Secara
tidak langsung, di bawah kekuasaan orang-orang alMuwahhidun ini, banyak
memberikan sumbangan berharga bagi kehudupan intelektualnya. Hal demikian
terjadi karena Muhammad bin Taumart, pendiri Dinasti al-Muwahhidun, merupakan
salah seorang ulama terkemuka pada masanya. Ketika orang-orang al-Muwahhidun
ini berkuasa, banyak buku dan karya tulis yang tersebar luas di Andalusia.
Cordova sendiri merupakan kota yang paling banyak dibanjiri buku-buku tersebut,
dan penduduknya merupakan para pecinta dan penuntut ilmu yang paling gigih di
seantero Andalusia.
Oleh
orang-orang yang hidup sezaman dengannya, Imam al-Qurthubi dikenal sebagai
seorang penuntut ilmu yang sangat tekun. Dia belajar kepada banyak ulama
terkemuka pada masanya. Di antaranya Dharir bin Ali bin Futuh al-Uzdi
al-Iskandarani al-Maliki (adalah ahli hadits yang lebih terkenal dengan julukan
Ibnu Rawaj). Al-Alamah Bahauddin Abu
al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah al-Misri asy-Syafi’I (ahli hadits, ali
fiqh, dan ahli qira’at yang lebih terkenal dengan julukan Ibnu al-Jumaizi)..
Abu al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-Maliki, Al-Hasan bin Muhammad bin
Amruk at-Taimi an-Nisaburi, dll.
Selama
hidupnya, Imam al-Qurthubi dikenal sebagai seorang lelaki yang shalih, ulama
yang sangat luas dan dalam ilmunya, zuhud terhadap dunia, banyak menyibukkan
diri dengan urusan akhirat, serta menghabiskan umurnya untuk beribadah dan
menulis buku. Asy-Syaikh adz-Dzahabi memberikan kesaksian tentang dirinya,
“Imam al-Qurthubi seorang imam yang banyak menguasai dengan mendalam berbagai
disiplin ilmu. Dia mempunyai banyak karya tulis yang bermanfaat, yang
menunjukkan tentang keanekaragaman kajiannya, serta maksimalitas akal dan
keunggulannya.”
Para
ahli sejarah menyebutnya bahwa Imam al-Qurthubi mempunyai banyak karangan. Di
antaranya Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, At-tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa
Umuril Akhirah, At-Tidzkar fi Afdlalil Adzkar, Al-Usna fi Syarhi Asmaillahil
Husna, Syarhut Taqashi, Al-I’lam bi Ma fi Dinin Nashara minal Mafasid wal Auham
wa Idhari Mahasini Dinil Islam, Qam’ul Hirshi biz Zuhdi wal Qana’ah, Risalatun
fi Alqabil Hadits, Kitabul Aqdliyah, Al-Mishbah fil Jam’I bainal Af’ali wash
Shihah, dll.
Meskipun
mempunyai banyak karya tulis, namun karya tullis yang paling terkenal yang
dipunyai Imam al-Qurthubi adalah kitab tafsirnya yang berjudul Al-jami li
Ahkamil Qur’an. Kitab ini dinilai sebagai “ensiklopedia” yang memuat banyak informasi tentang ilmu
pengetahuan. Adapun keistimewaan dari kitab ini, di dalamnya diulas tentang
hukum-hukum yang terkandung di dalam ayat al-Qur’an secara panjang lebar,
mayoritas hadits-hadits yang ada di dalamnya langsung ditakhrij oleh
Imam al-Qurthubi dan diungkapkan pula para perawinya. Di dalam kitab ini Imam
al-Qurthubi tidak banyak memasukkan cerita-cerita israiliyat dan hadits-hadits
palsu, dan kalaupun dia memasukkan cerita-cerita israiliyat yang ada kaitannya
dengan “nama baik” para malaikat dan para nabi, dia berulangkali menyebutkan
bahwa cerita tersebut adalah batil dan tidak bisa dipertanggungjawabkan
otentisitasnya.
Kendati
oleh banyak kalangan kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an dinilai sebagai
kitab tafsir yang terbaik, namun tetap saja ia tidak bisa terlepas dari cacat
dan kekurangan. Di antara cacat dan kekurangan itu adalah ketika Imam
a-Qurthubi menafsiri ayat ke 7 dari surat Gharir yang artinya berbunyi, “(Malaikat-malaikat)
yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang ada di sekelilingnya bertashbih memuji
Tuhan mereka.” Dalam menafsiri ayat ini dia menukilkan cerita israiliyat
yang menyebutkan bahwa kaki para malaikat tersebut berada di lapisan bumi yang
paling bawah, sedangkan kepala mereka menembus langit hingga ke samping Arsy.
Dalam
menulis kitab tafsirnya itu, Imam al-Qurthubi banyak merujuk dan dipengaruhi
kitab-kitab tafsir yang dikarang para ahli tafsir besar yang hidup sebelumnya.
Di antara mereka itu adalah Abu Muhammad Abdul Haq bin Athiyyah (lebih terkenal
dengan julukan Ibnu Athiyyah), Abu Ja’far an-Nuhas, Abu al-Hasan Ali bin
Muhammad al-Mawardi (lebih terkenal dengan julukan Al-Mawardi), Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir ath-Thabari (lebih terkenal dengan julukan Ibnu Jarir
ath-Thabari), dan Abu Bakr bin al-Arabi. Dari kitab-kitab tafsir mereka itu,
Imam al-Qurthubi menukil tafsir bil ma’tsur, qira’at, lughah, nahwu, balaghah,
fiqh, kajian hukum dsb.
Dikemudian
hari kitab tafsir Imam al-Qurthubi itu ternyata banyak mempengaruhi dan menjadi
rujukan bagi para penafsir yang hidup sesudahnya. Hal demikian tentu bisa
dimaklumi mengingat adanya berbagai keistimewaan pada kitab tersebut. Para
penafsir yang banyak dipengaruhi dan merujuk kitab tafsirnya itu di antaranya
adalah Imaduddin Abul Fida Ismail bin Amru bin Katsir (lebih terkenal dengan
julukan asy-Syaukani) dll.
Beberapa
tahun menjelang kewafatannya, Imam al-Qurthubi berpindah ke Mesir. Pada saat
itu yang tengah berkuasa di sana adalah orang-orang al-Ayyubiyyun. Orang-orang
al-Ayyubiyyun ini, seperti halnya orang-orang al-Muwahhidun di Andalusia, juga
dikenal sebagai para pecinta dan penuntut ilmu yang sangat gigih. Maka, praktis
di ahidup di tengah komunitas baru yang tidak jauh berbeda dengan komunitas
lamanya.
Pada
malam Senin hari ke 9 dari bulan Syawwal tahun 871 H, Allah memanggil Imam
al-Qurthubi yang shalih serta berilmu luas dan mendalam ini ke hadirat-Nya.
Oleh kaum Muslimin, jenazahnya dimakamkan di pemakaman al-Muniya yang terletak
di sebelah timur Sungai Nil. Semoga Allah senantiasa merahmatinya dengan rahmat
yang seluas-luasnya.
Penulis
tinggal di Jepara, Jawa Tengah
Sumber:
Suara
Muhammadiyah
Edisi
15 2004
0 komentar:
Posting Komentar