SELAMAT DATANG DI BLOG GURU NGAJI YGNI

Guru Ngaji YGNI ada untuk pengembangan dakwah lewat pendidikan Diniyah Formal dan Formal serta pemberdayaan masyarakat.

GURU NGAJI YGNI DAN LAZISWAQ YGNI

Anda Peduli Pendidikan Diniyah buat anak anak di desa dan kampung-kampung salurkan bantuan ke LAZISWAQ YGNI BRI : 6602-01-007030-53-9 AN.Yayasan YGNI.

SAVE PALESTINE-SYURIAH-AFGHANISTAN

Indonesia dicap Sebagai Negara Kafir tapi Paling Giat Membela Palestina Merdeka, Arab Diakui Sebagai Pusat Manhaj Sunnah tapi lembek Membla Saudaranya.

ANDA MUSLIM REAKTIF ? KENAPA TIDAK AKTIF ? KALAU ADA PEMURTADAN BARU RIBUT

Kalau ada non muslim peduli terhadap permasalahan lingkungan baik pendidikan ,Sosial ekonomi dan lainnya anda katakan sebagai pemurtadan tapi anda sendiri tidak peduli terhadap mereka, Itulah Islam Reaktif

KAPAN ANDA PEDULI TERHADAP DAKWAH DAN DHUAFA ?

Uang dan harta anda sering digunakan secara berlebihan bahkan mubazir kenapa tidak untuk menolong sesama.

Selasa, 28 Oktober 2014

Kisah Khalifah Usman Bin Affan 3 - Wafatnya

Bermula dari fitnah yang melanda pemerintahan Utsman bin Affan. Abdullah bin Saba' mendatangi Ali bin Abi Thalib dan 'merayunya' untuk menggantikan Khalifah Utsman bin Affan. Ali menolaknya mentah-mentah, bahkan membunuh sebagian pengikut Abdullah bin Saba'. Akan tetapi pimpinan kaum munafik itu berhasil melarikan diri ke Mesir.

Setiba di Mesir Abdullah bin Saba' bertemu dengan beberapa kaum munafik untuk merencanakan makar yang hebat. Dengan pengaruhnya, Abdullah bin Saba' berhasil membuat opini tentang keburukan pemerintahan Utsman bin Affan di Madinah.  Sehingga beberapa kaum muslim terpengaruh oleh cerita Abdullah bin Saba' itu.

Setelah dirasa banyak kaum muslimin yang terpengaruh. Abdullah bin Saba' bersama rombongannya kembali ke Madinah, dan membuat fitnah besar terhadap Khalifah Utsman bin Affan. Saking hebatnya api fitnah yang tersebar, sebagian para sahabat terpengaruh oleh ucapan kaum munafik tersebut. Sampai-sampai putra sulung Khalifah pertama, Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-shiddiq mendatangi Sang Khalifah sembari marah dan menarik jenggotnya.

Pada suatu malam, tepatnya malam Kamis, Utsman bin Affan bermimpi. Ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, "Mereka telah membuatmu haus, wahai Utsman". Ia lalu berkata, "Benar, wahai Rasulullah". Rasulullah berkata lagi, "Mereka telah membuatmu lapar, wahai Utsman." Ia menjawab, "Benar, wahai Rasulullah". Rasulullah kembali berkata,"Mereka mengepungmu, wahai Utsman". Ia menjawab, "Benar, wahai Rasulullah". Rasulullah berkata, "Sukakah bila besok kamu berpuasa, lalu berbuka di sisi kami?" Ia menjawab, "Mau, wahai Rasulullah". Ia kemudian bangun dari tidurnya sambil tertawa.

Detik-detik akhir telah datang. Para pengacau mulai menyalakan api di pintu rumah Utsman bin Affan. Para sahabat dan para pemuda kaum muslimin kemudian berdatangan ke rumah Utsman bin Affan, sementara Utsman berteriak dan memanggil mereka, "Aku bersumpah kepada kalian agar kalian kembali ke rumah kalian masing-masing dan tidak menetap kecuali dua orang, yaituHasan bin Ali dan Abdullah bin Umar bin Khattab".

Para pengacau mulai mengerahkan daya dan upaya mereka untuk mencoba memasuki rumah Utsman bin Affan. Istri Utsman kemudian mencoba untuk menampakkan rambutnya kepada mereka, dengan harapan jika melihat rambutnya yang terbuka, mereka pun tidak akan masuk. Akan tetapi Utsman bin Affan melarangnya.

Para pengacau kemudian masuk menemui Utsman yang sedang membaca Al-Qur'an dan ketika itu sedang berpuasa. Ia membaca firman Allah SWT dari Surah Al-Baqarah, 
"Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [QS Al-Baqarah : 137]

Salah seorang pengacau tersebut kemudian masuk dan memukul Utsman bin Affan dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai tangannya hingga putus. Utsman bin Affan kemudian berkata. "Allahu Akbar! Sesungguhnya, kamu tahu bahwa tangan ini telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW".

Kemudian datanglah Sayyidah Nailah, istrinya, bermaksud untuk membelanya. Tetapi mereka malah memotong jari-jarinya. Kemudian datanglah seorang laki-laki dan memukul Utsman bin Affan dengan potongan besi tepat mengenai bagian atas bahunya. Utsman lantas berkata, "Ya, Allah segala puji bagi-Mu". Utsman kemudian menutup Mushaf Al-Quran yang terlumuri dengan darahnya. Utsman kemudian berkata lagi, "Ya Allah. wahai Zat yang memiliki kemuliaan, Aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku telah bersikap sabar sebagaimana Nabi-Mu telah berwasiat kepadaku".

Utsman bin Affan kemudian terbunuh pada hari Jumat tanggal 18 Dzulhijjah. Ia dikubur diPekuburan Baqi'. Lalu Ali bin Abi Thalib berdiri di atas makamnya seraya menangis dan berkata. "Aku mohon kepada Allah agar aku dan kamu termasuk dalam golongan yang di firmankan Allah; 
'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara'. [QS Al-Hijr : 47]"
sumberhttp://kisahkisahislami.blogspot.com/2013/03/wafatnya-khalifah-usman-bin-affan.html

Selasa, 21 Oktober 2014

Kisah Khalifah Usman Bin Affan 2

Tatkala Utsman bin ‘Affan menjadi Khalifah Rasul yang ketiga, menggantikan posisi Amirul Mukminin Umar bin Al Khathab yang syahid di tangan kafir Majusi. Kala itu ia memutuskan untuk menikah yang kesekian kalinya. Usianya memang tidak muda dan bahkan sudah sangat terbilang tua. Saat itu, ia telah berusia sekitar delapan puluh tahun. Rambutnya telah memutih dan kekuatan jasadnya tidak lagi seperti pemuda.
Dan yang lebih mencengangkan adalah bahwa ia menikahi seorang gadis belia yang baru mekar. Usianya baru delapan belas tahun tatkala pernikahan itu terjadi. Namanya adalah Nailah binti Al Qurafashah atau Nailah binti Al Farafishah Al Kalbiyah, seorang gadis cantik dari negeri Syam. Bukan hal mudah bagi keduanya untuk saling membersamai dalam singgasana pernikahan mengingat usia mereka yang terpaut sangat jauh, delapan puluh dan delapan belas. Namun, keduanya telah memutuskan untuk mencintai.
“Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu temui di sini,” kata Utsman tatkala pertama kali menyambut Nailah. “Apakah engkau tak keberatan menikah dengan seorang pria tua bangka?”
“Aku termasuk perempuan yang lebih suka memiliki suami yang lebih tua,” jawab Nailah sambil tertunduk. Rasa malu menggelayuti hatinya.
“Namun, aku telah jauh melampui ketuaanku,” kata Utsman kembali. Ia seakan menguji kesungguhan keputusan gadis cantik yang mau dinikahinya itu, menelisik kesungguhan keputusannya untuk mencintai lelaki tua seperti dirinya.
“Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah,” jawab Nailah sambil tersenyum, “Dan itu jauh aku lebih sukai dari segala-galanya.”
Selanjutnya Utsman dan Nailah hanya memberikan bukti atas keputusan mereka bersekutu dalam ikatan pernikahan itu. Utsman mencintai Nailah dan Nailah pun mencintai Utsman. Keduanya merupakan para pecinta sejati yang senantiasa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan cinta bagi orang yang dicintainya. Maka, keduanya saling memberi, saling memperhatikan, saling menumbuhkan, saling merawat, dan saling melindungi.
Nailah yang disirami kerja cinta dari sang suami pun tumbuh dan semakin mekar. Ia menjadi salah satu perempuan yang pandai bertutur kata dan sangat menguasai sastra. “Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku,” kata Utsman suatu ketika mengenai Nailah. Darinya, Utsman memperoleh putri bernama Maryam dan Anbasah.
Sejarah membuktikan kejujuran cinta mereka. DR. Sa’id bin ‘Abdul ‘Azhim menceritakan untuk kita dalam Mu’asyarah bil Ma’ruf bukti kerja cinta mereka. Tatkala para pemberontak mendatangi Khalifah Utsman bin ‘Affan di rumahnya untuk membunuhnya, bangkitlah istri yang dicintai dan mencintainya itu, Nailah binti Al Qurafashah, dengan membiarkan rambutnya terurai, seakan-akan dia bersiasat dengan berusaha menggoda sifat kejantanan para pemberontak tersebut. Spontan Utsman berteriak dan membentaknya, seraya mengatakan, “Ambillah kerudungmu! Demi umurmu, kedatangan mereka lebih ringan bagiku daripada kehormatan rambutmu.”
Ketika salah seorang pemberontak masuk ke dalam rumah dan membabat Utsman yang sedang membaca mushaf Al Qur’an hingga darahnya menetes ke mushaf itu, Nailah tidak tinggal diam. Seorang pemberontak lain yang menerobos masuk dicegah oleh Nailah dan merebut pedang yang dibawa si pemberontak itu. Namun, pemberontak itu dapat merebut pedangnya kembali. Ia menebaskan pedangnya dan memotong jari-jemari lentik Nailah yang melindungi sang suami. Dalam riwayat yang lain dikisahkan bahwa Nailah menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan Utsman untuk melindungi tubuh sang suami dari sabetan pedang para pemberontak hingga jarinya tertebas.
Para pecinta sejati memang senantiasa memberikan perlindungan yang terbaik bagi orang yang dicintainya. Meski harus berkorbankan harta, meski harus berkorban raga, meski harus berkorban nyawa. Bahkan kemudian, potongan jari Nailah bersama baju Utsman dibawa ke hadapan Mu’awiyah di Syam untuk menunjukkan bukti kekejaman para pemberontak dalam membunuh Utsman. Sebuah bukti cinta yang sangat mengagumkan.
Utsman demikian dalam mencintai Nailah. Karena itulah Nailah pun merasakan dan mencintai Utsman dengan sangat mendalam. Curahan cinta Utsman kepada Nailah memenuhi seluruh ruang di hati Nailah hingga mampu menggerakkan dirinya menjadi tameng bagi kesewenang-wenangan para pembunuh terhadap suaminya, seorang lelaki yang senantiasa menghidupkan malam dengan Al Qur’an dalam rangkaian rakaatnya. Utsman senantiasa membuktikan bahwa ia mencintainya dalam keadaan susah dan senang. Maka, semakin luaslah ruang hati Nailah untuk menampung cinta dari sang suami. Demikian pula kesadarannya untuk mencintai lelaki tua itu. Ruang hatinya terlalu penuh dengan cinta dari lelaki tua itu hingga tak mampu terisi oleh cinta yang lain.
Maka, ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan menyampaikan pinangannya untuk janda Utsman bin ‘Affan itu, Nailah dengan tegar menjawab, “Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Utsman di dalam hatiku.” Bahkan, kemudian ia merusak wajahnya yang cantik untuk menolak semua peminang yang datang kepadanya. Ia memutuskan untuk hanya mencintai Utsman, lelaki tua itu.
Mencintai adalah sebentuk pernyataan kesiapan diri untuk melakukan kerja-kerja cinta. Maka, mencintai bukanlah tentang romantisme, melankolisme, erotisme, kemesraan, khayalan, dan keindahan semata, namun tentang kerja cinta dan pertaruhan kepribadian serta integritas si pecinta, walaupun kita tidak menafikkan eksistensi hal-hal indah tersebut. Mencintai adalah pekerjaan yang besar dan berat. Karena itu, mencintai adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Namun, hanya sedikit orang yang menyadari hal ini.

Jumat, 17 Oktober 2014

Dalil Shahih Shalat Tahajud-Witir-Qiyamulail

Banyak dalil mengenai perintah Sholat malam khususnya sholat Tahajud, baik dalam alquran maupun Alhadits diantaranya yaitu :
Dalil alqyran I : Al Israa : 79

z`ÏBur È@ø©9$# ô¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7tƒ y7/u $YB$s)tB #YŠqßJøt¤C ÇÐÒÈ  

79. dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Dalil Quran II : Adz-dzariyat :15-18

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat: 15-18).

Dalil Qura III : Al Muzamiil 1-7,20
"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada waktu siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)." (al-Muzzammil: 1-7)

Firman Allah, 'Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu. Karena itu, bacalaah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. Maka, bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya." (al-Muzzammil: 20)

Dalil Hadits

Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau.” ( lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam).” (Muttafaqun ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam.” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya.” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185).

Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)

Hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau: “Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757). Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26). Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)

Waktu Sholat Tahajud

Waktunya adalah setelah `Isya sampai masuk waktu shubuh, tetapi bisa dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh ) 

Jumlah Rakaat

Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.


Tata Cara Sholat Tahajud

1. Berniat untuk mengerjakan shalat tahajud  dan sholat witir
2. Raka'at pertama membaca surah Al Fatihah, setelah itu di lanjut dengan Bacaan/surah lain yang anda sudah hafal

3. Pada raka'at kedua lakukan seperti raka'at pertama

4. Salam

Jumlah rakaat pada shalat tahajud tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4 rakaat, d.

Doa Sesudah Shalat Tahajud

Sesungguhnya tidak ada kewajiban untuk membaca Do'a tertentu setelah shalat tahajud. bisa berdoa sesuai keinginan, namun jika melihat Rasulullah SAW pada hadist, Rasulullah membaca doa berikut :
اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الْحَقُّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ إِلٰهِيْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ 

Artinya: "Ya, Allah! Bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya. Bagi-Mu segala puji, Engkau benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, bertemu dengan-Mu benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah benar (ada), (terutusnya) para nabi adalah benar, (terutusnya) Muhammad adalah benar (dari- Mu), peristiwa hari kiamat adalah benar. Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku kembali (bertaubat), dengan pertolongan-Mu aku berdebat (kepada orang-orang kafir), kepada-Mu (dan dengan ajaran-Mu) aku menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan yang hak disembah
kecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau". 

Ada baiknya pula membaca Do'a keselamatah Dunia Dan Akhirat :


رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".(QS, 2:201)

Dan Membaca Istigfar sebanyak-banyaknya.

Selasa, 14 Oktober 2014

Kisah Khalifah Usman Bin Affan 1


Nasab beliau

Beliau adalah ‘Utsman bin ‘Affan bin Abul ‘Ash bin Umayyah bin Abdis Syams bin Abdi Manaf, suku Quraisy dari Bani Umayyah. Beliau dilahirkan tahun keenam setelah kelahiran Rasulullah saw. Beliau termasuk angkatan yang pertama kali masuk Islam, tepatnya setelah Islamnya Abu Bakar, ‘Ali dan Zaid bin Haritsah. Beliau sendiri masuk agama Allah atas dakwah Abu Bakar As Siddiq. Ketika di masa jahiliyyah beliau terkenal orang yang sangat bagus akhlaknya, sangat pemalu untuk berbuat nista, lemah lembut dan dicintai oleh semua orang Quraisy.

Keislaman dan hijrahnya

Ketika ia masuk Islam, pamannya Al Hakam bin Abul ‘Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata, “Engkau akan berpaling dari ajaran leluhurmu dan beralih ke agama Muhammad?! Demi Allah, aku tidak akan melepasmu selamanya sampai engkau kembali kepada agama semula!”. Ia menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan dan berpisah dari agama Muhammad saw selama-lamanya!”. Ketika Al Hakam melihat keteguhan Utsman terhadap Islam tersebut, Al Hakam pun akhirnya melepaskannya.

Utsman merupakan menantu Rasulullah saw dari kedua putrinya yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dimana tidak ada sebelumnya seorang yang menikahi dua putri seorang nabi selain beliau. Oleh karena itu beliau mendapat julukan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya).

Beliau adalah yang termasuk pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama keluarganya, sehingga beliaulah yang pertama kali berhijrah kepada Allah bersama keluarganya setelah Nabi Luth as. Beliau setelah itu, hijrah ke Madinah. Sehingga beliau sering dijulukiDzun Nurain wal Hijratain (pemilik dua cahaya dan yang berhijrah dua kali).

Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.

Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satusahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.

Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.


Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.

Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding denganNabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.

Sabtu, 11 Oktober 2014

Gurungaji YGNI Dan Laziswaq YGNI Butuh Dukungan Kaum Musllimin

Guru Ngaji YGNI dan Lemmbaga Laziswaq YGNI mengharapkan perhatian dan dukungan masyarakat dan dunia usaha serta pemerintah untuk memperhatikan nasib para guru ngaji. Guru ngaji banyak yang mengajar lillahi ta`ala sehingga keistiqomahan dalam dakwah / mengajar sering terganggu apabila keluarga guru ngaji ada masalah berkaitan dengan uang.

Oleh karena Pemerintah harus lebih peduli terhadap guru ngaji ini, dengan diterbitkannya Peraturran Pemerintah nomor 55 tahun 2008 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan maka seharusnya pemerintah berkewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan mereka.

Buat lingkungan masyarat dan dunia usaha yang beragama Islam juga harusnya ikut peduli akan proses pendidikan di masyarakat khususnya pendidikan diniyah. Oleh karena kami para Guru Ngaji YGNI dan lembaga Laziswaq YGNI mengajak untuk menyisihkan sebagian harta untuk membantu paraa guru ngaji dimanapun berada.

Kami juga sangat berterima kash, apabila ada dermawan yang mau membantu kegiatan jaringan dakwah diberbagai daerah. Gerakan dakwah akan sulit berkembang bila tidak mendapat dukungan dari anda semua. Dakwah kami lakukan diatas semua golongan, kami hanya mendakwahkan ajaran Islam sesuai Quran dan Sunnah serta mementingkan Persatuan dan Kesatuan Islam bukan aliran kelompok.

Jaringan kami :

  1. Pondok Pesantren Shidiqiin Wara`Purwojati Banyumas
  2. DTA/DTW/DTUy dan DA/DU/DW/Duy Shidiqiin Wara`
  3. TPQ dan DTA Di Rangkasbitung
  4. TPQ dan DTA YGNI di Rowokele Kebumen
  5. TPQ YGNI Jatilawang'
  6. Madin Di Cikarag Majenang
  7. Madin Asyifa di Permunas RSCM Cilebut Jakarta
  8. Madin dan TPQ Miftahul Jannaj di Cijantung
  9. Dll

Senin, 06 Oktober 2014

Biografi dan Sejarah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani         

                                  

Nama beliau adalah Abu Abdirrahman Muhammad  Nashiruddin  bin  Nuh al-Albani. Dilahirkan  pada  tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu. 

Ayah al Albani yaitu Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan  ilmu-ilmu  syari’at  di  ibukota  negara  dinasti  Utsmaniyah  (kini  Istambul), yang  ketika Raja  Ahmad  Zagho   naik   tahta   di   Albania   dan mengubah system pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya  beliau memutuskan  untuk  berhijrah  ke  Syam dalam  rangka  menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Beliau   sekeluargapun   menuju Damaskus. 

Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari bahasa  arab. Beliau masuk sekolah pada madrasah yang dikelola oleh Jum’iyah al Is’af al-Khairiyah. Beliau terus belajar di sekolah tersebut tersebut hingga kelas terakhir tingkat Ibtida’iyah. 

Selanjutnya beliau meneruskan belajarnya langsung kepada para Syeikh. Beliau mempelajari al-Qur’an dari ayahnya sampai selesai, disamping itu mempelajari pula sebagian fiqih madzab Hanafi dari ayahnya.  

Syeikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga beliau menjadi seorang ahli yang  mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya. 

Pada umur 20 tahun, pemuda al-Albani ini mulai mengkonsentrasi diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah  majalah  yang  diterbitkan  oleh  Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah  menyalin sebuah  kitab  berjudul  “al-Mughni  ‘an Hamli  al-Asfar  fi   Takhrij  ma  fi al-Ishabah  min  al-Akhbar”.  Sebuah  kitab  karya  al-Iraqi,  berupa  takhrij terhadap hadits-hadits yang   terdapat pada  Ihya’ Ulumuddin  al-Ghazali.  Kegiatan  Syeikh  al-Albani  dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya seraya berkomentar. “Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut)”.  

Namun  Syeikh  al-Albani  justru  semakin  cinta  terhadap dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan  Perpustakaan adh-Dhahiriyah  di  sana  (Damaskus).  Di  samping  juga Meminjam buku-buku dari beberapa perpustakaan khusus. Begitulah,  hadits  menjadi  kesibukan rutinnya, sampai-sampai  beliau  menutup  kios  reparasi  jamnya. Beliau lebih  betah  berlama-lama  dalam  perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap  harinya  mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat     mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya  sedikit  makanan  yang  dibawanya  ke perpustakaan.  

Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di  perpustakaan untuk beliau. Bahkan kemudiaan beliau diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, beliau menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum yang lainnya datang. Begitu pula pulangnya ketika orang lain pulang pada waktu dhuhur, beliau justru pulang setelah sholat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.

Pengalaman Penjara

Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya beliau berdakwah kepada sunnah dan memerangi bid’ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah. 

Beberapa Tugas yang Pernah Diemban Syeikh   al-Albani  

Beliau   pernah   mengajar   di   Jami’ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak  tahun  1381-1383  H,  mengajar  tentang hadits  dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu beliau pindah ke Yordania. Pada tahun  1388  H,  Departemen  Pendidikan  meminta kepada  Syeikh  al-Albani  untuk  menjadi  ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah Perguruan Tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau memenuhi permintaan itu. Pada tahun 1395 H  hingga 1398 H beliau kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam’iyah Islamiyah di sana. Mandapat penghargaan tertinggi   dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 4 Dzulkaidah 1419 H. 

Beberapa Karya Beliau  

Karya-karya beliau amat banyak, diantaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul. 

Beberapa Contoh Karya Beliau adalah :

·         Adabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah 

·         Al-Ajwibah   an-Nafi’ah ‘ala as’ilah   masjid   al-Jami’ah

·         Silisilah al-Ahadits ash Shahihah

·         Silisilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wal maudhu’ah

·         At-Tawasul wa anwa’uhu

·         Ahkam Al-Jana’iz wabida’uha  

Di  samping  itu,  beliau  juga  memiliki  kaset  ceramah, kaset-kaset bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat  dan kaset-kaset berisi jawaban-jawaban tentang pelbagai masalah yang bermanfaat.  

Selanjutnya Syeikh al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik  berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku foto copyan, manuskrip-manuskrip (yang ditulis oleh beliau sendiri ataupun orang lain) semuanya  diserahkan ke perpustakaan Jami’ah tersebut dalam kaitannya dengan  dakwah  menuju  al-Kitab was Sunnah, sesuai dengan manhaj salafush Shalih, pada saat beliau menjadi pengajar disana. 

Wafatnya  

Beliau  wafat  pada hari  Jum’at  malam  Sabtu  tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal  1 Oktober 1999 di Yoradania. Rahimallah asy-Syaikh al-Albani rahmatan wasi’ah wa jazahullahu’an al-Islam wal muslimiina khaira wa adkhalahu fi an-Na’im al-Muqim.7   

7 Diambil dari: http://al-madina.s5.com/Kisah/Biografi_Albani.htm; dinukil dari salafyoon-online    

Ijazah Hadits Imam Al-Albany 

Syaikh  Al-Albany  memiliki  ijazah  hadits  dari  ‘Allamah Syaikh Muhammad  Raghib  at-Tabbagh  yang  kepadanya beliau  mempelajari ilmu  hadits,  dan  mendapatkan  hak untuk  menyampaikan  hadits  darinya. Syaikh  Al-Albany menjelaskan  tentang  ijazah beliau     ini  pada  kitab  Mukhtasar  al-‘Uluw  (hal  72)  dan Tahdzir as-Sajid  (hal 63). Beliau  memiliki  ijazah  tingkat  lanjut  dari  Syaikh Bahjatul Baytar (dimana isnad dari Syaikh terhubung ke Imam  Ahmad).  Keterangan tersebut ada dalam  buku Hayah al-Albany (biografi Al-Albany) karangan Muhammad Asy-Syaibani. Ijazah ini hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar ahli dalam hadits dan dapat dipercaya untuk membawakan hadits secara teliti. Jadi, adalah tidak benar jika dikatakan bahwa Syaikh hanya belajar dari buku, tanpa ada wewenang dan tanpa ijazah.  

Dalam pembahasan ini, saya pikir tidak mengapa untuk memberikan sedikit gambaran tentang  kehidupan  dan pekerjaan Syaikh Al-Albany agar kita lebih yakin perihal kedudukan beliau dalam bidang ilmu hadits, semisal penghormatan dari ulama-ulama lain yang ditunjukan kepada beliau. Mungkin satu atau dua penjelasan pendek belumlah mencukupi, meski begitu, saya berharap informasi ini cukup menarik dan dapat memberi semangat kepada para pembaca:  

1. Syaikh  Al-Albany  dilahirkan  pada  tahun  1914  M  di Asykodera, ibukota pertama Albania.  

2. Syaikhnya yang pertama adalah ayahnya, Al-Hajj Nuh  An-Najjati, yang telah menyelesaikan    belajar Syari’ah  di  Istanbul  dan kembali  ke Albania  sebagai seorang  ulama  Hanafiyah. Di    bawah bimbingan  ayahnya, Syaikh Al-Albany belajar Quran, tajwid dan bahasa Arab, dan juga fiqh Hanafiyah. 

3. Beliau belajar fiqh hanafiyah lebih lanjut dan bahasa  Arab dari Syaikh Sa’id al-Burhan.  

4. Beliau  mengikuti  pelajaran  dari Imam  Abdul  Fattah dan Syaikh Taufiq Al-Barzah  

5. Syaikh Al-Albany bertemu dengan ulama hadits zaman ini, Syaikh Ahmad Syakir, dan beliau ikut berpartisipasi dalam diskusi dan penelitian mengenai hadits.  

6. Beliau  bertemu dengan ulama  hadits  India, Syaikh Abdus Shamad Syarafuddin, yang telah menjelaskan hadits dari jilid pertama kitab Sunan al-Kubra karya An-Nasai, seperti halnya  karya Al-Mizzi yang monumental,   Tuhfat   al-Asyraf,   yang   selanjutnya mereka berdua  saling  berkirim  surat  tentang  ilmu. Dalam salah satu surat, Syaikh Abdus Shamad menunjukkan   keyakinan   beliau   bahwa  Syaikh   Al-Albany adalah ulama hadits terbesar saat ini.  

7. Sebagai  pengakuan  terhadap  keilmuannya  mengenai hadits, pada tahun 1955 Syaikh Al-Albany ditugaskan di   Fakultas Syariah Universitas Damaskus untuk  menganalisa dan meneliti secara terperinci mengenai hadits-hadits jual beli dan yang berhubungan dengan  transaksi bisnis lain.  

8. Syaikh Al-Albany memulai pekerjaannya secara resmi pada bidang hadits dengan men-transkrip karya monumental Al-Hafidz al-Iraqy, yaitu Al-Mughni ‘an Hamlil-Ashfar -sebuah studi tentang beragam hadits-dan riwayat-riwayat pada karya terkenal Al-Ghazali, Ihya’ Ulumudin. Pekerjaan ini sendiri mencakup lebih dari 5000 hadits.  

9. Syaikh selalu mengunjungi perpustakaan Dhahiriyyah di Damaskus, sehingga kemudian beliau diberi kunci perpustakaan,  karena  beliau sering  berada  di  sana dan  belajar  dalam  waktu  yang  lama. Suatu  hari, selembar kertas hilang dari manuskrip yang digunakan Syaikh Al-Albany. Kejadian ini menjadikan beliau mencurahkan seluruh perhatiannya untuk membuat katalog      seluruh  manuskrip hadits   di perpustakaan  agar folio yang  hilang  tersebut  bisa ditemukan.  Karenanya,  beliau  mendapatkan  banyak ilmu dari 1000 manuskrip hadits, sesuatu yang telah  dibuktikan beberapa  tahun  kemudian  oleh Dr. Muhammad Mustafa A’dhami pada     pendahuluan “Studi      Literatur      Hadits      Awal”,      dimana  beliau mengatakan, “Saya       mengucapkan  terimakasih  kepada Syaikh  Nashiruddin  Al-Albany,  yang  telah menempatkan  keluasan   ilmunya   pada   manuskrip-manuskrip langka dalam tugas akhir saya”. 

10. Syaikh Al-Albany kadang-kadang terlihat keadaannya yang amat miskin selama hidupnya. Beliau  mengatakan sering mengambil sobekan-sobekan kertas  dari  jalan–biasanya  berupa  kartu undangan pernikahan-, yang kemudian digunakan untuk menulis haditsnya. Seringkali, dia membeli potongan-potongan kertas dari   tempat pembuangan dan membawanya ke rumah untuk dipakai.

11. Beliau  senantiasa  berkorespondensi  dengan  banyak ulama, terutama yang berasal     dari     India dan  Pakistan,  mendiskusikan hal-hal  yang  berhubungan dengan hadits dan agama pada umumnya, termasuk dengan Syaikh Muhammad Zamzami dari Maroko dan  ‘UbaiduLlah Rahman,  pengarang  Mirqah  al-Mafatih  Syarh Musykilah al-Mashabih.  

12. Keahliannya dalam bidang haditsvdiakui oleh banyak ulama yang berkompeten,  baik  masa  lalu  maupun  sekarang, termasuk Dr. Amin Al-Mishri, kepala Studi Islam  di  Universitas  Madinah  yang juga  termasuk salah  satu  murid  Syaikh  Al-Albany,  juga Dr.  Syubhi Ash-Shalah,  mantan  kepala  bidang  Ilmu  Hadits  di Universitas Damaskus,  Dr.  Ahmad  Al-Asal,  kepala Studi   Islam   di  Universitas   Riyadh,   ulama   hadits Pakistan  sekarang,  ‘Allamah Badi’uddien  Syah  As- Sindi;  Syaikh  Muhammad  Thayyib  Awkij, mantan kepala Ilmu Tasfir dan Hadits dari Universitas Ankara di Turki; belum lagi pengakuan dari Syaikh Ibn Baaz, Ibnul  ‘Utsaimin, Muqbil  bin  Hadi,  dan  banyak  lagi yang lain pada masa berikutnya.  

13. Setelah sejumlah hasil karyanya dicetak, selama tiga tahun  Syaikh  terpilih untuk  mengajar   hadits   di  Universitas   Islam  Madinah,   sejak   tahun 1381 H sampai 1383 H, dimana beliau juga bertugas sebagai anggota dewan   pengurus universitas  (setelah itu  beliau  kembali  ke tempat studi  pertamanya dan mengkhidmatkan dirinya pada perpustakaan Adh-Dhahiriyyah). Kecintaan beliau pada Universitas  Madinah dibuktikan dengan mewariskan  seluruh  koleksi perpustakaan pribadinya ke Universitas. 

 

14. Beliau mengajar dua kali sepekan di Damaskus, yang dihadiri oleh banyak mahasiswa dan      dosen  universitas. Di sini, Syaikh menyelesaikan pengajarannya pada karya klasik dan modern (edited):  

o  Fath al-Majid, karya Abdur Rahman bin  Hushain Alu Syaikh 

o  Raudhah an-Nadiyyah karya Siddiq Hasan  Khan

o  Minhaj al-Islamiyah karya Muhammad As’ad  

o  Ushul al-Fiqh, karya al-Khallal    

o  Mustholah at-Tarikh, karya Asad Rustum

o  Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq  

o  Ba’its al-Hadit  karya Ahmad Syakir  

o  At-Taghib  wa  at-Tarhib  karya  Al-Hafidz  Al-Mundziri  

o  Riyadh ash-Shalihin karya Imam An-Nawawi Al-Imam fi Ahadits al-Ahkam, karya Ibnu Daqiqil ‘Ied  

 

15. Setelah menganalisa hadits-hadits pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, seorang ulama hadits India, Muhammad Musthofa A’dhami (kepala Ilmu Hadits di  Makkah), memilih Syaikh Al-Albany untuk memeriksa dan mengoreksi  kembali  analisanya,  dan  pekerjaan tersebut telah  diterbitkan   empat  jilid, lengkap  dengan   ta’liq   (catatan,   red)   dari  keduanya. Ini adalah  tazkiyah dari ulama  yang  lain  atas keilmuan hadits Syaikh Al-Albany. 

16. Pada edisi dari himpunan hadits terkenal, Misykah al-Mashabih, penerbit Maktabah Islamy meminta Syaikh  Al-Albany untuk memeriksa pekerjaan mereka sebelum  diterbitkan.  Pihak  penerbit  telah  menulis  pada bagian  pendahuluan, ”Kami meminta kepada ulama hadits, Syaikh Muhammad  Nashiruddin  Al-Albany,  untuk  membantu  kami  dalam memeriksa  Misykat   dan bertanggung jawab untuk memberi tambahan hadits-hadits yang diperlukan dan meneliti serta memeriksa kembali sumber-sumber dan  keasliannya pada tempat-tempat yang diperlukan, dan membetulkan kesalahan-kesalahan…”  

17. Hasil karya Syaikh yang telah dicetak, terutama pada bidang  hadits dan  ilmu  perangkatnya  (seperti  ilmu Mustholah  Hadits,  Jarh  wa Ta’dil,  Rijalul  Hadits, edit.)   berjumlah   sekitar 2   buku.   Tujuh belas diantaranya  sebanyak  45  jilid.  Beliau  meninggalkan manuskrip minimal tujuh puluh karangan.  

18. Telah   terekam   suatu  kejadian   (dan   kejadian  ini terdapat pada dua kaset – murid-murid beliau sering merekam pelajaran beliau), bahwa seorang laki-laki telah  mengunjungi  Syaikh  Al-Albany  di rumahnya  di Yordania   dan   menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Nabi! Bagaimana reaksi kita  ketika  berada pada situasi ini? Syaikh Al-Albany meminta lelaki itu duduk  dan  mendiskusikan  pernyataannya  tersebut dalam waktu yang lama (seperti yang saya katakan: ada pada dua kaset), sehingga pada akhirnya, si tamu tersebut bertaubat dari klaimnya itu dan semua yang hadir,  termasuk Syaikh  turut menangis. Pada kenyataannya, sudah berapa sering terdengar Syaikh Al-Albany menangis ketika berbicara mengenai Allah, Rasul-Nya, dan muamalah antar Muslim?  

19. Pada kejadian yang lain, beliau dikunjungi tiga orang yang kesemuanya menuduh Syaikh Al-Albany kafir. Ketika waktu sholat tiba, mereka menolak  untuk bermakmum kepada Syaikh, karena tidak mungkin bagi seorang kafir   menjadi imam sholat. Syaikh menerima hal ini, dan mengatakan bahwa  menurut pandangannya,  ketiga  orang  ini adalah Muslim, sehingga  salah  satu  dari mereka berhak menjadi imam sholat. Tak lama kemudian, mereka  bertiga berdebat lama sekali mengenai perbedaan di antara mereka sendiri, dan ketika waktu  sholat berikutnya telah  tiba, ketiga  laki-laki  ini  mendesak untuk  ikut sholat di belakang Syaikh Al-Albany !  

20. Selama  hidupnya,  Syaikh  telah  meneliti  dan men-ta’liq lebih dari 30.000 silsilah perawi hadits (isnaad) pada  hadits-hadits  yang  tidak terhitung  jumlahnya, dan  menghabiskan  waktu  enam  puluh  tahun untuk belajar buku-buku hadits, sehingga buku-buku tersebut menjadi sahabat sekaligus   berhubungan dengan ulama-ulamanya (pengarang kitab-kitab Sunnah tersebut, pent)http://aswajablora.wordpress.com/2013/03/07/mengenal-syaikh-muhammad-nashiruddin-al-albani/                                           

Sumber Artikel : e-book di http://www.shirotholmustaqim.wordpress.com/